Mengenang kelulusan SMA 6 tahun yang lalu

2015 - 2009 = 6, ya betul sudah 6 tahun lamanya saya lulus SMA, saya masuk SMA tahun 2006 dan tamat tahun 2009. Karena termasuk siswa yang berprestasi dan selalu datang 2 menit sebelum jam masuk sekolah, akhirnya saya bisa lulus hanya dalam kurun waktu 3 tahun saja. Melihat saya yang sekarang yang sudah waktunya untuk mencari nafkah dan pasangan sehidup semati. Aneh sekali rasanya untuk membahas masa SMA, bisa karena pikiran saya sudah tua, namun wajah tidak kalah dengan anak SMA, tetap muda dan kekinian hehehe. Minggu lalu, hari Jum'at waktu setempat di salah satu daerah yang sering saya lewati terjadi macet yang tidak terkira. Saya coba berdiri dari motor dan mencoba menge-zoom mata saya, dari kejauhan terlihatlah segerombolan warna putih. Saya pikir itu paman yang yang datang dari desa sedang mengembala sapi albino, oh ternyata koloni anak SMA yang sedang merayakan kelulusan SMA. Melihat kejadian tersebut entah kenapa hati saya terketuk untuk membahas jaman saya SMA dulu. Rasanya waktu SMA saya gak gitu-gitu amat, gitu sih tapi gak amat-amat.

Seingat saya, waktu saya tamat dulu diwajibkan menggunakan pakaian adat Bali. Karena saya anak yang patuh dan berbakti saya ikuti kata guru saya, karena kata guru anak yang patuh dan berbakti itu calon orang sukses loh! Setelah pengumuman kelulusan saya sempatkan waktu untuk foto-foto bareng teman seangkatan. Berhubung saya orangnya tidak suka difoto tanpa pikir panjang langsung pulang, waktu itu juga pada saat pengumuman kelulusan saya belum mandi, "ah pengumuman paling lama cuma sejam langsung bubar", pikir dalam hati. Daripada boros air lebih baik gak usah mandi.

Sesampainya di rumah saya sampaikan kabar bahagia ini ke kedua orangtua yang sudah membesarkan dan membiayai saya semasa sekolah. Orangtua senang saya pun langsung tidur karena masih mengantuk. Hp berdering berisi sms ajakan teman untuk konvoi. Dalam hati saya berpikir ini adalah moment sekali seumur hidup. Pada saat itu saya mencoba untuk berpikir dewasa karena konvoi adalah kegiatan yang membahayakan. Saya harus berpikir bijak, akhirnya saya putuskan untuk berkumpul dengan teman saja, tapi tidak ikutan konvoi.

Saya tidak menyalahkan teman-teman yang coret baju sekolah. Saya pikir lagi, daripada dicoret bukankah baju ini masih bisa digunakan? Bukankah masih banyak saudara kita yang memerlukan uluran tangan kita, termasuk baju yang layak pakai, apalagi baju sekolah itu mahal. Coba sobat baca dari atas, sudah berapa kali saya berpikir. Pokoknya hari kelulusan SMA adalah hari yang membuat saya banyak berpikir.

Dan akhirnya saya putuskan untuk tidak ikut coret-coret baju. Saya punya dua baju putih, saya putuskan untuk disimpan dan disumbangkan ke panti asuhan. Kini hanya tinggal satu baju SMA yang masih tersimpan di lemari saja, sebagai simbolis kebijakan saya waktu itu. Jarang saya bisa bijak.

Naik ke kelas 2, kebetulan saya menjadi pengurus ISIS, eh OSIS. Bajunya keren coy, gak kalah dibanding baju distro jaman sekarang:

Baju pengurus OSIS SMANSA NEGARA 2008

Anrecamsya Mukhyaning Dharma

Nah kalau ini baju kebangsaan IPA 2, kebetulan saya dulu anak IPA, kebetulan.

IPA 2 SMANSA NEGARA angkatan 2006

Lambang IPA 2

Nah satu lagi, dulunya saya pernah ikut SISPALA, sayang bajunya entah di mana, hanya tersisa syal di lemari:

SISPALA Langgeng Buana SMAN 1 Negara

Sampai sekarang semua baju itu masih saya simpan dengan rapi, sebagai kenangan dan lambang kebijaksanaan ceritanya.

Itulah sepenggal kisah saya sewaktu tamat SMA, dituntut untuk bertanggung jawab, bijaksana dan sudah tentu harus bisa membedakan mana yang salah dan mana yang benar. Moment corat-coret yang berkesan sebenarnya bukanlah pada saat tamat SMA, tapi pada saat ini:

Tau itu apa? Yap itu coretan dosen pembimbing skripsi, itu baru proposal skripsi bukan skripsi aslinya. Sengaja saya beri filter agar terkesan angker dan mendramatisir. So buat yang baru tamat SMA bersiaplah, bersiaplah hahahahahaha :D